Tekad PJ Bupati Batu Bara Jadikan Istana Niat Lima Laras sebagai Warisan Dunia UNESCO

Penjabat Bupati Batu Bara, Nizhamul.
Sumber :
  • A.Andrian/VIVA Medan

VIVA Medan – Setelah melewati proses yang panjang akhirnya status Istana Niat Lima Laras resmi menjadi objek cagar budaya. Kini, Penjabat (Pj) Bupati Batu Bara Nizhamul mendorong agar istana tersebut bisa menjadi warisan dunia yang diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). 

Wujudkan Kemandirian Pangan, Pemprov Sumut Dorong Pemanfaatan Lahan Kosong

“Kami menganggap ada nilai-nilai sejarah yaitu Istana Niat Lima Laras yang mana pada 31 Mei 2024 sudah resmi menjadi objek cagar budaya,” kata Nizhamul di Kota Medan, Selasa 4 Juni 2024.

Istana Niat Lima Laras merupakan salah satu bangunan sejarah peninggalan kerajaan Melayu Pesisir yang berada di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Istana Niat Lima Laras terletak di kawasan perkampungan nelayan yang dibangun berawal dari nazar atau niat seorang Datuk Matyoeda Sri Diraja (Raja Kerajaan Lima Laras XII) yang dikenal dengan nama Datuk Muhammad Yuda. Beliau merupakan putra tertua dari seorang raja yaitu Datuk Haji Djafar gelar Raja Sri Indra (Raja Kerajaan Lima Laras XI).

Optimis Menang di Dairi Pada Pilgub Sumut, Edy Rahmayadi: Yakin Peroleh 70 Persen Suara

Sejarah berdirinya istana itu berawal dari larangan berdagang yang diterapkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda terhadap para raja yang ditentang oleh Datuk Matyoeda.

Datuk Matyoeda sendiri adalah Raja Kerajaan Lima Laras XII yang bertahta pada tahun 1883 hingga 1919. Larangan berdagang tanpa alasan itu disinyalir akibat imbas dari monopoli perdagangan hasil bumi. Apabila ada yang melanggar kebijakan tersebut maka armada beserta isinya akan ditarik paksa oleh pemerintah Hindia Belanda.

Canangkan Swasembada Pangan di Sumut, Edy Rahmayadi Siapkan Konsep Food Estate di Dairi

Datuk Matyoeda sering berdagang hasil bumi seperti kopra, damar, dan rotan yang ditawarkan ke Malaka, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Lantaran sering berhadapan dengan pemerintah Hindia Belanda akibat dari kebijakan tersebut, sehingga timbul niat dari Datuk Matyoeda untuk membangun sebuah istana apabila dapat kembali pulang dengan selamat.

Ternyata Datuk Matyoeda dapat berlabuh di Pelabuhan Tanjung Tiram dan memiliki untung besar dari berdagang hasil bumi. Tak lama berselang istana itu mulai dibangun.

Halaman Selanjutnya
img_title