Janggal Kematian Bripka AS, Dokter Forensik: Karena Kurang Oksigen ke Otak

Ketua Ilmu Kedokteran Forensik USU, dr Asan Petrus, MKed, SpF (kanan).
Sumber :
  • Istimewa/MEDAN VIVA

VIVA Medan - Kematian Bripka AS yang dinyatakan bunuh diri dengan meminum racun sianida memunculkan kejanggalan akan penyebab lainnya. Diyakini, racun bukan menjadi penyebab utama tewasnya anggota Satlantas Polres Samosir itu.

Maju di Pilgub Sumut 2024, Bobby Nasution Ambil Formulir ke PAN

Kasus kematian Bripka Arfan Saragih (AS) karena bunuh diri dengan meminum racun sianida sempat membuat heboh. Muncul dugaan ia tidak bunuh diri, karena keluarga merasa ada kejanggalan.

Laporan keluarga soal kejanggalan tewasnya Bripka AS pun menjadi perhatian banyak pihak. Penyelidikan yang awalnya di tangani Polres Samosir pun ditarik ke Polda Sumut. Serangkaian penyelidikan dilakukan. Hasilnya, Bripka AS dinyatakan memang tewas karena menenggak racun sianida.

Serius Bertarung di Pilgub Sumut, Nikson Nababan Mendaftar ke PPP

Dari hasil pemeriksaan forensik dan ahli toksikologi, disebutkan bahwa Bripka AS meninggal karena lemas akibat menenggak racun sianida. Racun disebutkan, masuk dan bereaksi ke tubuh Bripka AS lewat saluran makan hingga ke lambung, serta ke saluran pernapasan.

Menurut Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolagial Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dr Asan Petrus, MKed(for),SpF mengatakan, kasus kematian keracunan merupakan hal yang sangat sulit untuk ditangani.

Bus Pariwisata Tabrak Pejalan Kaki di Toba, Dua Tewas dan 2 Orang Lagi Luka-luka

Karena, dalam autopsi yang dilakukan dokter forensik harus benar-benar detil untuk membuktikan penyebab sebenarnya tewasnya korban setelah mengkonsumsi racun.

"Dalam penanganannya tidak boleh ada kelemahan-kelemahan yang diabaikan. Dalam pemeriksaan jenazah yang diambil bahan untuk pemeriksaan toksikologi sebaiknya seluruh organ tubuh diambil sampelnya, minimal di tiga tempat yaitu isi lambung, darah dan urine," jelasnya dalam keterangannya yang diterima Medan VIVA, Rabu 19 April 2023.

Tim Gabungan Polda Sumut olah TKP

Photo :
  • Polda Sumut

"Karena kalau di dalam lambung saja ditemukan namun di darah tidak dijumpai maka dapat diyakini racun tersebut tidak menyebabkan kematian," jabar dr Asan Petrus yang kini sedang menempuh pendidikan S3 (Doktor).

Katanya, proses cepat atau lambatnya seseorang tewas setelah meminum racun, tergantung bentuk racun yang dikonsumsi. Perbandingan orang yang meminum racun dengan yang disuntikkan, menurutnya lebih cepat proses ketika racun itu disuntikkan dari pada dikonsumsi.

"Dalam kasus Bripka AS itu, diduga penyebab kematiannya karena kurangnya oksigen ke otak setelah mengkonsumsi sianida. Oksigen ke otak yang utama, jadi itulah yang buat cepat mati," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pada dasarnya sesulit apapun penyebab kematian itu pasti dapat diungkap dalam autopsi. Karena meskipun tak bernyawa, jasad itu tetap menunjukkan penyebab kematian.

"Dihadapan dokter forensik jasad itu mengungkapkan bagaimana ia meninggal dan apa yang terjadi padanya. Semua pasti terungkap. Kecuali memang ada yang ditutupi," pungkasnya.

Sebelumnya Kapolda Sumut, Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak menyatakan, berdasarkan penyelidikan dilakukan tim gabungan kematian Bripka AS ini murni bunuh diri. Katanya, hal ini berdasarkan cek ulang TKP dan memeriksa ratusan saksi-saksi dan sejumlah ahli. Sehingga Bripka AS kuat dugaan tewas, karena bunuh diri.

Kapolda Sumut, Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak.

Photo :
  • BS Putra/MEDAN VIVA

"Dari hasil dilakukan oleh tim, dukungan keterangan ahli, penyebab kematian korban disimpulkan mati lemas, akibat masuknya Sianida masuk kedalam kerongkongan hingga ke lambung dan salur pernafasan," jelas Panca dalam jumpa pers yang turut hadir  dua komisioner Kompolnas, yakni Benny Mamoto dan Poengky Indarti di Mapolda Sumut, 4 April 2023.

Kemudian, dari hasil penyelidikan lainnya. Panca mengungkapkan tidak ada unsur ditemukan Bripka AS mengalami penganiayaan sebelum ditemukan tewas bunuh diri. Karena, tidak ada luka di bagian kulit luarnya.

"Tidak ada luka di bagian kulit keluar korban. Yang terjadi benturan, diikuti kondisi di TKP," tutur jenderal bintang dua itu.

Dengan itu, Panca menjelaskan bahwa Bripka AS tidak juga ditemukan tanda-tanda penganiayaan korban, sebelum ditemukan tewas. Termasuk, tidak ada ditemukan unsur paksaan untuk meminum sianida kepada korban.

"Yang kedua, tidak ada ditemukan tanda, kekerasan yang disengaja, disebabkan kematian korban Bripka AS. Masuknya, sianida tidak ada tanda paksaan. Itu keterangan dari teman-teman ahli," tegas Panca.