Viva.co.id: Berita Hari Ini Terbaru Terkini dan Terpopuler

vonis yang dijatuhkan majelis hakim menciderai keadilan di Indonesia khususnya Kabupaten Langkat. Ia juga menilai aneh, jika terdakwa memohon maaf kepada majelis hakim.

Hakim menyebut peristiwa penembakan hingga tewas eks anggota DPRD Langkat, Paino bukan pembunuhan berencana. Hakim menjatuhkan hukuman 15 tahun terhadap otak pelaku, Tosa

Ketiga terdakwa melakukan tindak pidana, menyuruh melakukan, turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja dan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain.

Putusan yang dijatuhkan hakim jauh di bawah 2/3 tuntutan JPU yakni selama 10 bulan. Sidang digelar secara daring, majelis hakim dan jaksa mengikuti sidang di PN Stabat.

Massa menuntut aktor intelektual yang melakukan perencanaan dalam pembunuhan mantan anggota DPRD Langkat itu harus dihukum maksimal, bukan sama dengan eksekutor.

Tuntutan JPU terhadap Tosa sebagai dalang pembunuhan, sama dengan Dedi Bangun, eksekutor penembakan mantan anggota DPRD Langkat, Paino. Keduanya dituntut 20 tahun penjara

Barang bukti dalam kasus TPPO adalah tanah dan bangunan beserta dokumen kepemilikan yang, dijadikan kerangkeng dan yang digunakan untuk mengurung atau menampung korban.

Dalang pembunuhan Luhur Sentosa Ginting dan eksekutor, Dedi Bangun ditunda tuntutannya Rabu 30 Agustus 2023. Sedangkan 3 terdakwa lainnya dituntut 18 tahun penjara.

Keluarga korban mengancam akan menginap di Pengadilan Negeri Stabat, jika JPU yang mengadili perkara itu kembali membatalkan pembacaan tuntutan kepada terdakwa.

Pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa Bupati Langkat Nonaktif Terbit PA tidak perlu dijalankan karena melakukan kejahatan sebelum masa percobaan berakhir.

Kecurigaan keluarga korban ini beralasan jaksa dari Kejari Langkat, yang belum merampungkan amar tuntutan untuk terdakwa Luhur Sentosa Ginting dan kawan-kawan.

Ratusan masyarakat dan keluarga almarhum meminta kepada Kejaksaan Negeri Langkat bersikap adil dalam menuntut otak pelaku pembunuhan dengan hukuman berat.