Perajin Anyaman Pandan Pantai Cermin Eva Harlina, Siapkan Regenerasi dan Mengubah Mindset Anak Muda

Hasil dan proses anyaman pandan produk Menday Gallery and Souvenir.
Sumber :
  • Aris Dasril/VIVA Medan

VIVA Medan - Anyaman Pandan Laut yang berasal dari Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdangbedagai (Sergai), Sumatera Utara (Sumut) mulai banyak dikenal. Tak hanya di dalam negeri, anyaman pandan dari Pantai Cermin sudah Go Internasional yang sudah dikenal di negara Singapura hingga Amerika Serikat sebagai tujuan pengiriman barang ke luar negeri alias ekspor.

Bantah Larangan UMKM Berdagang di CFD Plt Walkot Medan : Silahkan Berjualan

Desa Pantai Cermin Kanan berjarak sekitar 1 jam 8 menit (via jalan tol) dari Kota Medan ini memang dikenal dengan penghasil kerajinan anyaman pandan laut. Bahkan, keberlangsungan anyaman pandan khas Desa Pantai Cermin Kanan ini sudah turun temurun.

“Pasar di Sumatera Utara sudah ada. Kalau untuk di luar Sumatera Utara ada Jawa, Jakarta dan Kalimantan. Kita sudah ekspor tikar dan sandal,” kata salah seorang perajin anyaman pandan Desa Pantai Cermin Kanan, Eva Harlia, baru-baru ini.

Paula Verhoeven Disebut Transfer Uang Ratusan Juta ke Pria Lain, Baim Wong Kantongi Bukti

“Kalau sandal, secara berkala sebelum Covid-19 itu kerjasama dengan buyer di Singapura untuk sandal hotel. Kalau tikar kemarin kita baru kirim ke Yunani dan setiap bulan 200 lembar. Kalau Amerika kita pakai pihak ketiga dalam bentuk tikar juga,” ungkap Eva Harlia yang merupakan pemilik galeri Menday Gallery and Souvenir.

Pemilik Menday Gallery and Souvenir, Eva Harlia.

Photo :
  • Aris Dasril/VIVA Medan
IAI Sumut Gelar Arsitek Jumpa Tengah 2025 Sekaligus Musprov Ke-11

Produk-produk kerajinan tangan saat ini telah menjadi perhatian dan prioritas bagi pemerintah dalam pemasaran pada kategori UMKM. Hal ini tentunya sangat membantu akan keberlangsungan produk kerajinan tangan, seperti halnya anyaman daun pandan ini. Pemerintah dan atau BUMN menjadikan produk-produk UMKM ini sebagai souvenir.

Eva yang baru saja membawa anyaman pandan laut ini tampil di kompetisi Asta Kriya Nusantara 2024 menyebutkan, jika pemasaran dilakukannya melalui pameran dan bazar, juga menyasar orang-orang yang mencintai produk handmade. Pemasaran melalui media sosial juga dilakukan agar lebih memperkenalkan dan memasarkan anyaman pandan ini lebih luas lagi.

“Sekarang karena kebijakan pemerintah dalam pembinaan produk dalam negeri kita coba bekerjasama dengan BUMN dan pemerintah dalam bentuk souvenir, godieback dan itu berbahan dari anyaman daun pandan,” tutur wanita 41 tahun itu.

Nasib Anyaman Pandan Desa Pantai Cermin di Tangan Generasi Ketiga

Anyaman pandan produk dari Desa Pantai Cermin Kanan ini memproduksi mulai dari tikar, tas, dompet, hingga sandal hotel. Masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan, Kecamatan Pantai Cermin sangat mengenal anyaman yang sudah berlangsung secara turun temurun.

Proses anyaman pandan Desa Pantai Cermin Kanan.

Photo :
  • Aris Dasril/VIVA Medan

Eva mengaku, jika dirinya adalah generasi ketiga yang menjaga kekayaan dari Desa Pantai Cermin Kanan akan melimpahnya daun pandan laut atau dalam bahasa latin disebut Pandanus odorifer. Dari dulu dan kini, masyarakat Desa Pantai Cermin yang didominasi suku Melayu secara turun temurun belajar dan memahami anyaman daun pandan oleh Kaum Hawa.

Namun, dulu produk yang dihasilkan hanya sebatas tikar saja. Perkembangan zaman, anyaman daun pandan laut ini pun merambah bentuk lainnya, yakni, tas, dompet, tempat tisu, sandal hingga sajadah yang menjadikan penambahan pilihan bagi konsumen.

“Kami generasi ketiga, setelah nenek dan ibu kami. Sekarang banyak permintaan produk anyaman itu berkembang. Kami generasi ketiga ini membuat produk turunan seperti tas dan yang lainnya, kita buat untuk menjangkau pasar yang lebih luas,” jelas Eva.

Siapkan Generasi Keempat di Tengah Anggapan Bukan Bisnis Menggiurkan

Eva mengakui, bila bahan baku pandan laut dan produksi tidak ada mengalami kendala. Persoalan yang dihadapi adalah soal pemasaran dan mengenalkan anyaman pandan asal Desa Pantai Cermin Kanan ini lebih luas lagi, yakni digital marketing melalui media sosial. Sedangkan para pekerja yang didominasi berusia 40 sampai 70 tahun tidak menguasai dan tertinggal akan perkembangan teknologi dan digital marketing yang sangat cepat.

Proses penjemuran pandan laut untuk dijadikan bahan baku anyaman.

Photo :
  • Aris Dasril/VIVA Medan

“Kendalanya pertama adalah mindset masyarakat belum melihat ini bisnis yang bisa dikembangkan. Kedua, kalau yang sudah bergerak di industri ini digital marketing belum ada dan itu kendalanya,” aku Eva.

Eva menjelaskan, bila dirinya mengenal anyaman pandan secara otodidak pada 2010, sebagai regenerasi dari ibunya. Saat itu dirinya belum berpikir untuk mempekerjakan orang lain. Kondisi sekarang, Generasi Z yang mendominasi era ini malah enggan melirik karya anyaman pandan ini sebagai bisnis menggiurkan.

Padahal, hasil penjualan produk anyaman pandan ini, Eva meraup keuntungan hingga puluhan juta tiap bulannya. Hal ini pun menjadi tantangan para perajin dalam menyiapkan generasi keempat untuk meneruskan anyaman pandan ini. Namun, tantangan itu tak semudah membalikan telapak tangan.

“Sekarang malah anak-anak mudanya kurang melirik industri ini, karena mereka menganggap industri ini bukan sesuatu yang mengiurkan. Kalau untuk generasi keempat ini kita ajari lebih kepada digital marketing untuk memajukan produk anyaman kita kepada masyarakat luas,” jelasnya.

Kepedulian dan konsistensi Eva dalam menjaga, melestarikan, menciptakan dan mengembangkan produk dari pandan laut ini menjadikan Desa Pantai Cermin Kanan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdangbedagai masuk dalam Kampung Berseri Astra (KBA) dan mengikuti SATU Indonesia Awards.