Menjaga Orangutan Sumatera di Bukit Lawang agar Tak Terhabituasi (Bagian 1)
- VIVA/A.Andrian
Kemudian, kekhawatiran pun muncul ke permukaan, ekowisata Bukit Lawang yang menawarkan wisata alam untuk berinteraksi dengan orangutan bisa menjadi berkah atau malah berubah sebagai ancaman bagi satwa yang sangat amat langka tersebut.
Pasalnya, semakin banyak wisatawan yang ingin melihat orangutan di Bukit Lawang turut berpotensi menjadikan spesies endemik Sumatera itu bakal terhabituasi dengan manusia.
“Ada potensi perubahan perilaku orangutan Sumatera yang awalnya orangutan liar menjadi semi-liar karena banyaknya interaksi dengan manusia melalui perjumpaan langsung,” ucapnya.
Sebenarnya Orangutan Sumatera di Bukit Lawang sempat memiliki harapan supaya tidak mengalami perubahan perilaku saat pandemi COVID-19 melanda dunia. Saat itu pariwisata di Bukit Lawang seperti mati suri usai terdampak COVID-19.
Wisatawan tak bisa mengunjungi Bukit Lawang apalagi untuk berinteraksi dengan orangutan Sumatera usai ekowisata di wilayah tersebut ditutup oleh pemerintah setempat. Setelah pandemi COVID-19 dinilai telah sedikit mengubah perilaku orangutan lebih alamiah meskipun belum ada kajian khusus.
“Kemungkinan iya karena semakin berkurangnya interaksi manusia dan orangutan Sumatera melalui perjumpaan langsung. Namun sampai saat ini belum dilakukan kajian terhadap ada tidaknya perubahan perilaku orangutan menjadi lebih alamiah ketika berkurangnya kunjungan wisatawan,” ungkap Mamat.
Berdasarkan data dari Balai Besar TNGL pada tahun 2020 tak ada satu pun wisatawan lokal maupun mancanegara yang mengunjungi Bukit Lawang. Namun usai pandemi COVID-19 jumlah wisatawan mulai meningkat. Pada tahun 2021 sebanyak 7 turis asing dan 1.099 wisatawan lokal mengunjungi Bukit Lawang.