Kampung Lali Gadget, Menjaga Generasi Masa Depan Indonesia dari Dampak Negatif Gawai
- Instagram @kampunglaligadget
VIVA Medan - Era digital yang berkembang dan terus berkembang 'memaksa' orang-orang untuk tak jadi penonton dan harus terlibat didalamnya sebagai pengguna. Sayangnya digitalisasi yang tersemat kepada produk bernama ponsel pintar atau gadget, tablet dan laptop acapkali membuat anak-anak menjadi kecanduan atau ketergantungan yang mirisnya menjadi dampak negatif.
Padahal, para pencipta alat terknologi itu pada dasarnya bertujuan membantu dan memberi manfaat untuk manusia. Sayangnya, banyak orang tua yang memberi kebebasan membiarkan anak asik dengan dunianya, dengan 'teman digital-nya' pada gadget atau gawai, yang sebenarnya membuat perkembangan motorik dan sosial anak-anak terhambat.
Dalam survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, sebesar 33,44 persen pengguna gadget di Indonesia adalah anak-anak usia dini. Dengan rincian, sebesar 25,5 persen berusia 0-4 tahun. Dan sisanya, 52,76 persen anak-anak dengan rentang usia 5 sampai 6 tahun. Tentu hal ini sangat memprihatinkan dan menjadi pengingat bagi orang tua untuk waspada.
Miris dengan fenomena anak-anak yang kecanduan dengan gadget, membuat seorang pria bernama Achmad Irfandi yang berasal dari Desa Pagengumbuk Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mendirikan sebuah kampung bernama Kampung Lali Gadget (KLG).
Didirikan pada 1 April 2018, Kampung Lali Gadget ini sebagai wahana bagi anak-anak bermain permainan tradisional, tanpa gadget. Anak-anak didorong berekspresi atau mengeksplor diri mereka dengan pengenalan yang dilakukan Tim Kampung Lali Gadget terhadap permainan tradisional. Permainan tradisional ini, bahan yang digunakan dari alam dan juga bahan daur ulang.
Awal mulanya, berdirinya Kampung Lali Gadget ini untuk mencegah dampak negatif anak-anak terhadap kecanduan gadget. Padahal saat kampung ini berdiri, kasus anak-anak di Desa Pagengumbuk atau kampung Irfandi yang kecanduan gadget belum serius. Namun, Irfandi tak ingin angka anak di kampungnya kecanduan gadget yang berdampak negatif terus bertambah.
Apalagi gempuran dunia gadget yang disuguhkan dengan permainan-permainan pada dunia maya terus mengempur, membuat Irfandi harus bergerak dan melakukan langkah antisipasi. Dengan permainan tradisional yang disuguhkan di Kampung Lali Gadget, berhasil mengalihkan perhatian anak-anak terhadap perangkat gadget dan kawan-kawannya.
Nah, untuk pengelolaan Kampung Lali Gadget ini, Irfandi merangkul pemuda-pemuda di kampungnya turut andil dalam pemberdayaan masyarakat ini. Berbagai peran dan tanggungjawab yang diemban para pemuda-pemudi tersebut. Mulai dari sebagai perencana, fasilitator edukasi dan pendamping kegiatan.
Kampung Lali Gadget ini mengedukasi masyarakat soal dampak negatif penggunaan gadget berlebihan. Selain itu, KLG juga mengedukasi anak-anak soal budaya, kearifan lokasi terkait dengan olahraga dan juga edukasi satwa.
Kepedulian yang dilakukan Achamd Irfandi terhadap generasi masa depan Indonesia, juga mempromosikan kekayaaan bangsa ini akan beragamnya budaya yang dimiliki, membuat dirinya dinilai tepat disematkan penghargaan SATU Indonesia Awards 2021 bidang Pendidikan.
Penghargaan ini tak lantas membuat Irfandi berhenti mengelorakan anak-anak akan berada di lingkungan yang sehat, yang mengantisipasi dampak negatif gadget dan mendorong aktif bermain permainan tradisional dan mengenal budaya Ibu Pertiwi.