Perajin Anyaman Pandan Pantai Cermin Eva Harlina, Siapkan Regenerasi dan Mengubah Mindset Anak Muda
- Aris Dasril/VIVA Medan
Siapkan Generasi Keempat di Tengah Anggapan Bukan Bisnis Menggiurkan
Eva mengakui, bila bahan baku pandan laut dan produksi tidak ada mengalami kendala. Persoalan yang dihadapi adalah soal pemasaran dan mengenalkan anyaman pandan asal Desa Pantai Cermin Kanan ini lebih luas lagi, yakni digital marketing melalui media sosial. Sedangkan para pekerja yang didominasi berusia 40 sampai 70 tahun tidak menguasai dan tertinggal akan perkembangan teknologi dan digital marketing yang sangat cepat.
“Kendalanya pertama adalah mindset masyarakat belum melihat ini bisnis yang bisa dikembangkan. Kedua, kalau yang sudah bergerak di industri ini digital marketing belum ada dan itu kendalanya,” aku Eva.
Eva menjelaskan, bila dirinya mengenal anyaman pandan secara otodidak pada 2010, sebagai regenerasi dari ibunya. Saat itu dirinya belum berpikir untuk mempekerjakan orang lain. Kondisi sekarang, Generasi Z yang mendominasi era ini malah enggan melirik karya anyaman pandan ini sebagai bisnis menggiurkan.
Padahal, hasil penjualan produk anyaman pandan ini, Eva meraup keuntungan hingga puluhan juta tiap bulannya. Hal ini pun menjadi tantangan para perajin dalam menyiapkan generasi keempat untuk meneruskan anyaman pandan ini. Namun, tantangan itu tak semudah membalikan telapak tangan.
“Sekarang malah anak-anak mudanya kurang melirik industri ini, karena mereka menganggap industri ini bukan sesuatu yang mengiurkan. Kalau untuk generasi keempat ini kita ajari lebih kepada digital marketing untuk memajukan produk anyaman kita kepada masyarakat luas,” jelasnya.