Unimed Kunjungi Kedutaan Indonesia di Wasingthon DC, dalam Perkuat Visi Pendidikan
- Dok Unimed
Senada dengan itu, Ketua Senat Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. menjelaskan bahwa pertemuan dengan KBRI sangat dimungkinkan untuk menjembatani maksud dan tujuan Unimed yang lebih difokuskan pada pengembangan sumberdaya manusia lewat program doktor maupun sarjana.
Prof. Dr. Syawal Gultom menegaskan bahwa penerimaan dosen semenjak 2023, regulasi Unimed saat ini mewajibkan dosen menempuh pendidikan lanjutan di jenjang doktor (S3) di kampus ternama terutama di Amerika Serikat.
"Rencana itu dimaksudkan untuk pembinaan dini dosen baru untuk peka, sensitif, dan bermodal pengetahuan terbarukan di negara maju seperti Amerika Serikat sekaligus mempersiapkan dosen tangguh, bukan saja melek pengetahuan dan teknologi tetapi juga berdampak bagi lulusan kampus," jelasnya.
Pada kesempatan itu, Kuasa Ad-Interim KBRI, Ida Bagus Made Bimantara menyambut delegasi Unimed di Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa sekitar 8000 mahasiswa Indonesia di negara Uncle Sam itu didominasi dosen untuk berkuliah di jenjang doktor (S3).
Hampir seluruhnya dijembatani Pemerintah Indonesia lewat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Artinya, menurut wakil duta besar itu, potensi dosen-dosen Unimed sangat besar untuk melanjutkan kuliah di Amerika Serikat dan berjanji akan mendukung serta memfasilitasinya di Amerika Serikat.
Menurutnya, fokus riset dan pendidikan di Amerika Serikat untuk tahun 2025 difokuskan pada STEM, Teknologi Nano serta semi konduktor.
Sementara itu, Prof. Diah Ayu Maharani, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI menjelaskan bahwa sejujurnya kampus-kampus di Amerika Serikat setiap tahunnya menginginkan calon mahasiswa dari Indonesia. Hari ini, migran temporer terbesar untuk sekolah di Amerika Serikat adalah India, Ghana, Vietnam, dan Filipina.