Gelar Unjuk Rasa 'Indonesia Gelap' di DPRD Sumut, Ini Tuntutan Ratusan Mahasiswa

Ratusan mahasiswa unjuk rasa 'Indonesia Gelap' di DPRD Sumut,
Sumber :
  • BS Putra/VIVA Medan

VIVA Medan - Ratusan mahasiswa berasal dari Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (Unimed), menggelar unjuk rasa 'Indonesia Gelap', berlangsung di depan Gedung DPRD Sumut, di Jalan Imam Bonjol, Kota Medan, Jumat 21 Februari 2025.

Retraet Kepala Daerah, Bobby Nasution : Sudah Siap Menerima Gemblengan

Dalam aksinya, mahasiswa ini membentang spanduk putih, dengan bertuliskan 'Turunkan Prabowo, Adili Jokowi, Periksa Bobby'. Selain itu, menyampaikan sejumlah poin tuntutan, dengan menyoroti kebijakan Pemerintah Indonesia, yang dinilai merugikan masyarakat.

Ketua BEM USU, Muzammil Ihsan mengungkapkan Presiden RI, Prabowo Subianto harus melakukan evaluasi terhadap Inpres nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja APBN dan APBD. Karena, akan berimbas kepada masyarakat, yang mendapatkan hak seperti pendidikan, kesehatan dan lainnya.

Tak Lanjuti Perjalanan ke Magelang, 8 Kepala Daerah Kader PDIP di Sumut Tidak Ikut Reatret

"Perhatian massa aksi dalam tuntuan ini adalah pemerintah harus melakukan evaluasi terhadap poin diatas, sebab beberapa hal padat kejanggalan. Seperti, transparansi, mekanisme, sarana dan dampak. Kemudian dalam tuntutan upaya mengkawal kebijakan ini akan tetap dilakukan," ucap Muzammil.

Muzammil dengan pimpinan orator lainnya, mengatakan bahwa mereka juga mendorong DPR RI segera mensahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset. "Kami dalam tuntutan ini karena Draft RUU Perampasan Aset masih luntang-lantung sedangkan koruptor masih mengeruk untung. Sudah satu dekade lebih Draft RUU ini disusun sejak 2012, dan massa aksi meminta untuk disahkan tahun ini," jelas Muzammil.

Rico Waas-Zakiyuddin Resmi Dilantik Jadi Walikota dan Wakil Walikota Medan

Aksi unjuk rasa

Photo :
  • BS Putra/VIVA Medan

Lebih lanjut, kata Muzammil, Presiden RI, Prabowo Subianto juga harus mengevaluasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) secara sistemik. "Kami minta program MBG dan mengusulkan program ini diadakan di tahun berikutnya, atau sekiranya dilakukan di tahun ini dengan evaluasi sistemik, bebas dari hutang, bebas dari pengaruh oligarki, dan diselenggarakan di daerah 3T, terutama menghindari pembengkakan anggaran," sebutnya.

"Mencabut Undang-Undang yang mengancam independensi KPK. Perhatian massa aksi dalam tuntutan ini karena adanya perubahan kedua atau revisi," sambungnya.

Muzammil menegaskan, pihaknya juga mendedak untuk membatalkan revisi Undang-Undang TNI/Polri yang memungkinkan terjadinya Dwi Fungsi ABRI. Dimana saat ini ada upaya melakukan Revisi Undang-Undang No.34 Tahun 2004 diduga berupaya memperluas jabatan bagi militer.

"Salah satu contoh diangkatnya Perwira Tinggi TNI AD, Novi Helmy Prasetya sebagai Direktur Utama Bulog," ungkapnya.

Terakhir, kata Muzammil, adalah memastikan setiap kebijakan melalui kajian ilmiah dan meaningful participation. "Perhatian massa aksi dalam tuntutan ini karena kebijakan publik harus cerdas, bijaksana dan memberi harapan, baik kebijakan substantif dan kebijakan prosedur," kata orator aksi.

Massa juga mendesak bertemu langsung dengan pimpinan DPRD Sumut. Namun, tak satu pun pimpinan DPRD Sumut yang berada di kantor DPRD Sumut. Massa juga sempat melakukan video call via handphone, berkomunikasi dengan Ketua DPRD Sumut, Erni Ariyanti Sitorus mengatakan masih berada di Jakarta, dengan menghadiri undangan kepala daerah.

"Saya sedang hadiri pelantikan kepala daerah, coba koordinasi saja dengan pimpinan yang lain," ucap Erni Ariyanti Sitorus melalui video call.

Dari pantauan di lokasi aksi, terlihat massa aksi juga memblokir jalan depan DPRD Sumut menunggu pimpinan DPRD Sumut menemui. Mereka juga tampak membakar ban bekas. Ratusan aparat juga bersiaga melakukan pengawalan dan pengamanan aksi unjuk rasa.