Politik Uang: Dagangan Masa Depan dengan Kehancuran di Penghujung Jalan

Tokoh masyarakat Humbahas, Dr. Hendri Tumbur Simamora, SE, M.Si
Sumber :
  • Istimewa/VIVA Medan

VIVA Medan - Politik uang, meskipun terlihat menggiurkan, adalah jebakan manis yang menuntun rakyat pada jalan kehancuran. Apa yang dimulai dengan amplop berisi beberapa lembar rupiah berakhir dengan lima tahun penderitaan.

Jelang Lebaran, KPK Ingatkan ASN dan Penyelenggara Negara Tolak Gratifikasi juga Swasta pun Dilarang Memberi

Menurut Tokoh Masyarakat Humbang Hasundutan (Humbahas), Hendri Tumbur Simamora, ironisnya, mereka yang menyerahkan hak pilihnya demi uang receh kemudian menjadi pihak yang paling lantang mengeluh ketika janji pemimpin tak ditepati. Mimpi Demokrasi yang Dijual Murah. “Politik uang merampas hak rakyat untuk bermimpi. Suara yang seharusnya menjadi instrumen perubahan kini diperdagangkan seperti barang di pasar loak. Dalam demokrasi sejati, pemimpin dipilih berdasarkan kemampuan dan visi mereka,” sebutnya, Minggu 8 Desember 2024.

Tapi, menurutnya lagi, di bawah bayang-bayang uang, pemilu berubah menjadi pelelangan, di mana yang berani bayar lebih mahal adalah pemenangnya, bukan karena mereka layak, tetapi karena mereka bisa.

Kejari Humbahas Tetapkan RK dan RH Tersangka, Kuasa Hukum Sanggah Tak Cukup Bukti

Berikut hal-hal yang merusak demokrasi menurut Hendri Tumbur terkait politik uang, antara lain:

1. Pemimpin Tanpa Kapasitas

Konsep Baru Safari Ramadhan, Bobby Nasution Datangi Masjid Masih dalam Pembangunan

Seorang pemimpin yang lahir dari uang akan memimpin dengan uang, bukan dengan hati. Ketika kompetensi diabaikan demi 'amplop putih', masyarakat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pemimpin yang mampu membangun dan membawa perubahan nyata.

2. Rakyat Dijadikan Tumbal Pengembalian Modal

Halaman Selanjutnya
img_title