Unimed Kunjungi Kedutaan Indonesia di Wasingthon DC, dalam Perkuat Visi Pendidikan

Rombongan Unimed mengunjungi Kedutaan Indonesia di Wasingthon DC.
Sumber :
  • Dok Unimed

VIVA Medan - Universitas Negeri Medan (Unimed) berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Wasingthon DC, di Amerika Serikat (AS), Selasa kemarin, 19 November 2024. Kunjungan ini, dalam rangka memperkuat visi Pendidikan di Unimed. 

Mahasiswa USU Demo MWA, Desak Periksa Rektor Muryanto Diduga Cawe-cawe Pilgub Sumut

Delegasi Unimed, dipimpin Rektor Unimed,  Prof. Dr. Baharuddin, ST., M.Pd., Ketua Senat Unimed Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Para Wakil Rektor, Sekretaris Senat, Kepala Biro dan Kepala Kantor Urusan Internasional.

Tujuan kunjungan tersebut adalah silaturahmi dan berdiskusi menyangkut peluang kolaborasi paling potensial antara Unimed dengan universitas di Amerika Serikat, baik level unggul teratas maupun unggul menengah. Delegasi Unimed diterima langsung oleh Ida Bagus Made Bimantara, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI, Prof. Diah Ayu Maharani, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, dan Afriyudianto, Asisten Atase Pendidikan dan Kebudayaan.

Membanggakan, UMA Masuk Jajaran Kampus Terbaik di Asia Tenggara

Rektor Unimed, Prof. Dr. Baharudin, ST., M.Pd. dalam menyampaikan apresiasi atas penerimaan KBRI pada kehadiran delegasi Unimed di Amerika Serikat. Rektor menjelaskan bahwa kunjungan tersebut dimaksudkan untuk menjalin kerjasama.

"Kemudian, mengumpulkan informasi dan pengetahuan tentang transformasi perguruan tinggi, lebih khusus untuk dibahas dan dikembangkan di Unimed," ucap Baharuddin, dalam keterangannya, Rabu 20 November 2024.

Ribuan Mahasiswa FISIP UMSU Diberangkatkan Dukung dan Kawal Pilkada Serentak 2024

Dalam kesempatan itu, rektor Unimed menuturkan kunjungan tiga hari kerja secara maraton di Arizona State University (ASU) untuk pengembangan Sciences, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM) dan George Washingthon University (GWU) untuk sekolah ekonomi dan bisnis maupun tehnik.

Unimed kolaborasi dengan Arizona State University di USA.

Photo :
  • Dok Unimed

Senada dengan itu, Ketua Senat Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. menjelaskan bahwa pertemuan dengan KBRI sangat dimungkinkan untuk menjembatani maksud dan tujuan Unimed yang lebih difokuskan pada pengembangan sumberdaya manusia lewat program doktor maupun sarjana.

Prof. Dr. Syawal Gultom menegaskan bahwa penerimaan dosen semenjak 2023, regulasi Unimed saat ini mewajibkan dosen menempuh pendidikan lanjutan di jenjang doktor (S3) di kampus ternama terutama di Amerika Serikat.

"Rencana itu dimaksudkan untuk pembinaan dini dosen baru untuk peka, sensitif, dan bermodal pengetahuan terbarukan di negara maju seperti Amerika Serikat sekaligus mempersiapkan dosen tangguh, bukan saja melek pengetahuan dan teknologi tetapi juga berdampak bagi lulusan kampus," jelasnya.

Pada kesempatan itu, Kuasa Ad-Interim KBRI, Ida Bagus Made Bimantara menyambut delegasi Unimed di Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa sekitar 8000 mahasiswa Indonesia di negara Uncle Sam itu didominasi dosen untuk berkuliah di jenjang doktor (S3). 

Hampir seluruhnya dijembatani Pemerintah Indonesia lewat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Artinya, menurut wakil duta besar itu, potensi dosen-dosen Unimed sangat besar untuk melanjutkan kuliah di Amerika Serikat dan berjanji akan mendukung serta memfasilitasinya di Amerika Serikat.

Menurutnya, fokus riset dan pendidikan di Amerika Serikat untuk tahun 2025 difokuskan pada STEM, Teknologi Nano serta semi konduktor.

Sementara itu, Prof. Diah Ayu Maharani, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI menjelaskan bahwa sejujurnya kampus-kampus di Amerika Serikat setiap tahunnya menginginkan calon mahasiswa dari Indonesia. Hari ini, migran temporer terbesar untuk sekolah di Amerika Serikat adalah India, Ghana, Vietnam, dan Filipina.

Menurutnya, potensi calon sarjana dan dosen dari Indonesia untuk sekolah maupun studi lanjut di Amerika Serikat tidak kalah saing dengan negara-negara itu. Bukan saja lewat beasiswa pemerintah Indonesia ataupun Fullbright dari Amerika Serikat, tetapi juga beasiswa perusahaan terkemuka yang dewasa ini banyak ditujukan untuk membantu negara-negara lain. 

Prof. Diah Ayu menjelaskan bahwa, mahasiswa program doktor (S3) di Amerika Serikat, sebetulnya 'dibayar' kampus antara US$ 3000-3.500 per bulan melalui penelitian yang diselenggarakan dosen pembimbing (promotor dan kopromotor). 

"Jadi, sebetulnya, terutama bagi calon mahasiswa jenjang doktor, tidak perlu takut kuliah di Amerika Serikat. Hanya saja, menurut beliau yang juga dosen di Universitas Indonesia itu, calon mahasiswa doktor perlu menyiapkan essay menarik tentang rencana penelitian untuk disertasi," katanya. 

Selanjutnya, essay itu dikirimkan kepada calon promotor dan bila tertarik, promotor akan mencari pembiayaan di Amerika Serikat, termasuk uang kuliah, perjalanan internasional, maupun biaya hidup selama kuliah. Untuk menemukan dosen promotor, dapat dilakukan dengan mencari di laman resmi universitas tujuan. 

Sementara itu, Prof. Dr. Erond L. Damanik, Wakil Rektor bidang Perencanaan, Kerjasama dan Hubungan Masyarakat merencanakan akan melakukan webinar ataupun zoom meeting antara Atase Kebudayaan dan Pendidikan KBRI maupun mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Amerika Serikat untuk sharing informasi dengan dosen-dosen di Unimed. 

"Itu adalah salah satu mekanisme untuk menjembatani dosen-dosen Unimed yang ingin memperdalam pengetahuan di negara yang menjadi rumah bagi universitas ternama di dunia itu," katanya.

Selanjutnya, professor Damanik menegaskan bahwa sebelum berkunjung ke KBRI, Kantor Urusan Internasional (KUI) telah terlebih dahulu berkorespondensi serta zoom meeting dengan KBRI dan kunjungan inipun berjalan akrab, bersahabat dan lancar.