Janggal Kematian Bripka AS, Dokter Forensik: Karena Kurang Oksigen ke Otak

Ketua Ilmu Kedokteran Forensik USU, dr Asan Petrus, MKed, SpF (kanan).
Sumber :
  • Istimewa/MEDAN VIVA

Tim Gabungan Polda Sumut olah TKP

Photo :
  • Polda Sumut
Realisasi Program Bobby Nasution, BONAR untuk Sumut Gelar Pemeriksan Kesehatan Gratis

"Karena kalau di dalam lambung saja ditemukan namun di darah tidak dijumpai maka dapat diyakini racun tersebut tidak menyebabkan kematian," jabar dr Asan Petrus yang kini sedang menempuh pendidikan S3 (Doktor).

Katanya, proses cepat atau lambatnya seseorang tewas setelah meminum racun, tergantung bentuk racun yang dikonsumsi. Perbandingan orang yang meminum racun dengan yang disuntikkan, menurutnya lebih cepat proses ketika racun itu disuntikkan dari pada dikonsumsi.

Aquabike 2024 Danau Toba, Pemprov Sumut Dukung Anggaran Rp15 Miliar

"Dalam kasus Bripka AS itu, diduga penyebab kematiannya karena kurangnya oksigen ke otak setelah mengkonsumsi sianida. Oksigen ke otak yang utama, jadi itulah yang buat cepat mati," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pada dasarnya sesulit apapun penyebab kematian itu pasti dapat diungkap dalam autopsi. Karena meskipun tak bernyawa, jasad itu tetap menunjukkan penyebab kematian.

FPMI Sumut Gelar Deklarasi dan Workshop Pilkada Inklusif bagi Kaum Rentan

"Dihadapan dokter forensik jasad itu mengungkapkan bagaimana ia meninggal dan apa yang terjadi padanya. Semua pasti terungkap. Kecuali memang ada yang ditutupi," pungkasnya.

Sebelumnya Kapolda Sumut, Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak menyatakan, berdasarkan penyelidikan dilakukan tim gabungan kematian Bripka AS ini murni bunuh diri. Katanya, hal ini berdasarkan cek ulang TKP dan memeriksa ratusan saksi-saksi dan sejumlah ahli. Sehingga Bripka AS kuat dugaan tewas, karena bunuh diri.

Halaman Selanjutnya
img_title