Imbang Tanpa Gol, Skuad PSMS Alami Kekerasan Usai Laga Persiraja
- Dok PSMS
VIVA Medan - Pertandingan Persiraja Banda kontra PSMS Medan di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, berakhir imbang 0-0, Sabtu malam, 18 November 2023. Namun, berakhir dengan insiden kekerasan diterima skuad tim Ayam Kinantan.
Dalam pertandingan dengan tensi tinggi, dalam pertandingan 'pesta' kartu kuning. Dimana Persiraja 6 kartu kuning dan PSMS Medan, enam kartu kuning. Termasuk, wasit Irfan Wahyu mengeluarkan kartu merah untuk pemain tuan rumah, Muammar.
Sejak Kick of babak pertama, laga memang berlangsung suhu pertandingan panas. Beberapa kali pemain dari kedua klub bersitegang dan nyaris berujung pada perkelahian. Sedangkan, jalannya laga, kedua klub sebenarnya sama-sama mencetak gol lewat pemain asingnya.
Persiraja mencetak gol terlebih dahulu lewat Toure. Namun wasit mengangkat bendera tanda offside. Begitu juga, PSMS juga mencetak gol lewat Jose Valencia usai memanfaatkan bola muntah dari tangkapan kiper M Fahri. Namun Valencia juga lebih dulu terperangkap offside. Hingga laga usai skor imbang bagi keduanya.
"Alhamdulillahnya pemain sudah bekerja keras. Tapi kita lihat sendiri seperti ini," ucap Pelatih Kepala PSMS Medan, Miftahudin Mukson dalam sesi konferensi pers, Sabtu malam.
Pelatih PSMS, Miftahudin Mukson.
- Dok PSMS
Usai pertandingan, Pemain PSMS Medan sempat tertahan di lapangan. Karena, dilempari menggunakan botol air mineral. Sehingga tidak bisa masuk ke dalam ruang ganti.
Aksi suporter Persiraja yang brutal dan anarkis terhadap pemain PSMS Medan viral di media sosial. Rachmad Hidayat diduga dipukul oleh oknum Persiraja.
Hal itu diungkap Pelatih PSMS Miftahudin. Mereka juga diduga mendapat teror dari penonton. Sehingga tertahan hingga dua jam di ruang ganti stadion. Karena, masih ramainya supporter Persiraja masih berada di luar stadion.
Pemain PSMS Medan, baru bisa kembali ke Hotel penginapan sekitar Pukul 01.00 WIB atau dua jam usai laga berakhir. Miftahudin menyesalkan aksi teror dan kekerasan dalam laga ini. Yang sangat merugikan kedua tim dampaknya.
"Saya orang Indonesia berusaha memperbaiki sepak bola Indonesia. Tapi kenapa seperti ini," tutur Miftahudin.
Miftahudin menyayangkan insiden tersebut mencoreng profesionalisme kompetisi sepakbola Indonesia. Pelatih yang aktif sebagai prajurit TNI AD ini, menilai pertandingan bukan laga sepakbola melainkan mau perang.
"Pemain saya ada dikeroyok dipukul di ruang sempit seperti ini. Petugas gak ada. Ini mau perang atau main bola," kata Miftahudin.