Anjani Sekar Arum Pencipta Batik Bantengaan, Ciptakan Generasi Pembatik Muda
- Istimewa/VIVA
VIVA Medan - Batik merupakan hasil karya seni asli Indonesia yang sudah turun temurun dan menjadi warisan bangsa. Ini harus dilestarikan, dijaga dan wariskan kepada generasi mendatang agar batik yang merupakan warisan Indonesia tetap ada dan diakui oleh dunia.
Pelestarian inilah yang dilakukan seniman batik bernama Anjani Sekar Arum, pembatik asal Desa Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Anjani adalah pembatik yang menciptakan Batik Bantengan, yang memiliki kedalaman filosofi dan makna yang mendalam. Terciptanya Batik Bantengan ini ditengah perkembangan dunia fashion dan kerajinan dan juga sebagai simbol kebanggaan dan inspirasi bagi generasi muda.
Keputusan wanita kelahiran 1991 itu menciptakan pembatik muda ini berawal ketika permasalahan yang dihadapinya, yang kesulitan saat mempersiapkan pameran internasional di Praha, Republik Ceko pada 2015 lalu. Ia diminta untuk menyiapkan karyanya, sedangkan 2 minggu menjelang pameran baru 10 lembar kain batik yang disiapkannya dan masih butuh banyak lagi. Ini semua terkendala dengan keterbatasan waktu dan tenaga.
Nah, Anjani semakin dipusingkan dengan sulitnya mencari pembatik dengan ketekunan dan kualitas hasil batik yang baik. Saat itu, Anjani bertemu dengan seorang anak kecil bernama Aliya, yang ingin belajar membatik kepadanya. Bocah berusia 9 tahun itu pun seakan menjadi sebuah pergerakan dan membuka pemikiran Anjani hingga memutuskan melatih anak-anak menjadi pembatik di sanggarnya.
Wanita berusia 33 tahun itu pun menegaskan dirinya, jika ini harus dilakukan menciptakan pembatik generasi baru. Tak hanya sekedar menciptakan pembatik yang terampil dalam seni batik, tetapi juga menjaga warisan leluhur. Proses belajar mengajar batik itu digelar di Sanggar Batik Andaka milik Anjani.
Perlahan tapi pasti, Anjani kini bersiap menciptakan 58 generasi pembatik muda. Diantaranya, 28 anak adalah pembatik aktif dalam produksi karya-karya batik. Sanggar milik Anjani ini tiap bulan memproduksi 45 lembar kain batik yang dijual dengan harga Rp300 ribu sampai Rp750 ribu per lembar. Hasil penjualan, Anjani hanya memotong 10 persen yang diperuntukan bagi operasional sanggar, untuk membeli kain, pewarna dan perlengkapan untuk batik lainnya.