Pemilu 2024 Pakai Sistem Proporsional Tertutup Dinilai Langkah Mundur

Ilsutrasi peserta Pemilu 2024. (Dok VIVA)
Sumber :

Sehingga calon yang menempati urutan di atas dalam daftar ini cenderung selalu mendapat kursi di parlemen. Kata Henry, hal ini yang menjadi pembeda dengan sistem proporsional terbuka. Karena masyarakat memiliki peluang untuk memilih langsung wakilnya.

Kalahkan Ketua Partai Hingga Menkumham, Ini Caleg Kantongi Suara Tertinggi di Dapil Sumut 1

“Marilah kita tetap menggunakan sistem proporsional terbuka, yang tetap memberikan peluang bagi rakyat untuk memilih langsung wakilnya. Janganlah hak rakyat untuk memilih langsung wakilnya dikebiri, dengan mundur ke sistem proporsional tertutup,” tegas Henry.

{{ photo_id=68 }}

Golkar Raih 22 Kursi, Ini 100 Anggota DPRD Sumut Terpilih Periode 2024-2029

Henry juga tak menampik munculnya kritik terhadap sistem proporsional terbuka yang dinilai mengakibatkan biaya politik tinggi, karena persaingan antar calon di dalam partai. Bahkan, kata Henry, ada yang mengaitkannya dengan politik uang. Padahal politik uang tidak berasal dari sistem pemilu, tapi justru pada budaya politik masyarakat dan elit itu sendiri.

Namun sebenarnya, lanjut Henry, jika soal politik biaya tinggi, itu relatif, tergantung orangnya dan daerahnya, serta campaign financing system. Apalagi, sekarang bisa menggunakan medsos secara gratis.

Hasil Rekapitulasi KPU Sumut, Ini 4 Caleg DPD RI dengan Perolehan Suara Tertinggi

“Yang jelas, sistem proporsional terbuka menghasilkan anggota parlemen yang akuntabilitasnya kuat kepada rakyat. Kalaupun sudah terpilih, tidak ada jaminan dia bisa terpilih kembali, biarpun dapat nomor urut 1. Tergantung bagaimana penilaian rakyat terhadap kinerjanya sebagai wakil rakyat,” tutur Henry.

Sebelumnya, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asyari mengatakan ada kemungkinan pemungutan suara Pemilu 2024 nanti dilakukan dengan sistem proporsional tertutup atau memilih partai bukan caleg.

Halaman Selanjutnya
img_title