Pengerjaan Belum Kelar, Kelamnya Nasib Pekerja Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan

Pekerja masih melakukan pengerjaan Lapangan Merdeka Medan.
Sumber :
  • Istimewa/VIVA Medan

VIVA Medan - Proyek revitalisasi Lapangan Merdeka Medan (LMM) masih menyisakan banyak masalah yang sangat serius. Selain belum rampung sepenuhnya, proyek ini juga diwarnai dugaan pelanggaran hak pekerja, perusahaan bermasalah hingga tindakan yang dianggap tidak berprikemanusiaan.

Pemprov Sumut Miliki Utang DBH Rp2,2 Triliun, Begini Kata Bobby Nasution

Salah satu mantan pekerja bagian pemasangan lift dan eskalator, mengungkapkan kepada wartawan bahwa hingga kini ia dan dua rekannya belum menerima upah. "Betul, kami belum menerima gaji. Selain saya, ada dua orang lagi yang bekerja di proyek ini yang juga belum dibayar sampai hari ini," ujar sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan, Rabu 12 Maret 2025.

Akibat gaji yang tak kunjung dibayar, ia terpaksa mencari pekerjaan lain di luar Kota Medan. Padahal, sejak awal mereka diminta untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum 15 Januari 2025 agar proyek bisa diresmikan oleh wali kota. Namun, peresmian yang akhirnya molor hingga Februari tetap tidak membawa kepastian pembayaran hak mereka.

Putri Jokowi Lantik 32 Ketua TP PKK, Pembina Posyandu, dan Dekranasda se-Sumut

"Saya sudah curiga sejak awal. Ketika saya menagih gaji Januari kepada Vincent (pemborong proyek), dia bilang akan dibayar Februari. Nyatanya, hingga proyek diresmikan, hak kami masih belum diberikan," keluhnya.

Tak hanya pekerja lift dan eskalator, tim pemasangan air conditioner (AC) juga mengalami hal serupa. Uang makan yang seharusnya mereka terima pun tak kunjung dibayarkan. Bahkan, helper serta pihak yang menyuplai material proyek juga belum mendapatkan pembayaran dari Vincent Desranta, pemilik perusahaan yang mengerjakan proyek tersebut.

Konsep Baru Safari Ramadhan, Bobby Nasution Datangi Masjid Masih dalam Pembangunan

"Saya mulai bekerja sejak November 2024, tetapi setelah gaji Januari tidak dibayarkan, saya merasa tidak ada kejelasan lagi. Ketika saya menuntut hak saya, justru saya diblokir. Apa gunanya bekerja kalau hasilnya nihil," katanya dengan nada kecewa.

Garis pembatas tampak dipasang pada Lapangan Merdeka Medan.

Photo :
  • Istimewa/VIVA Medan

Perusahaan Bermasalah

Dari informasi yang dihimpun, Vincent Desranta disebut memiliki beberapa perusahaan yang bermasalah. Tak hanya di Medan, perusahaan-perusahaan ini juga mengerjakan proyek di Batam dan Jakarta.

"Dia punya enam perusahaan, dan sebagian besar sudah di-blacklist oleh Bea Cukai. Tapi anehnya, dia masih bisa melakukan ekspor barang dengan memalsukan data. Bahkan, PT miliknya yang memenangkan tender proyek revitalisasi LMM juga terlibat dalam pembangunan Stadion Kebun Bunga," ungkap sumber.

Lebih lanjut, sumber tersebut menyebut PT Xiolift sebagai perusahaan yang bertanggung jawab atas proyek lift, AC, dan eskalator di LMM. Namun, proyek ini pun dinilai tidak jelas dan berantakan. "Setiap bulan dia ganti karyawan dan selalu membuka lowongan kerja. Dia juga mengklaim dekat dengan mantan Wali Kota Medan Bobby Nasution, sehingga mendapatkan banyak proyek. Tapi semua proyeknya bermasalah," imbuhnya.

Dugaan Intimidasi dan kekerasan tak hanya soal upah yang belum dibayar, Vincent Desranta juga dituding melakukan tindakan yang tidak berprikemanusiaan terhadap para pekerja. Ia disebut memiliki banyak ajudan dari unsur aparat yang diduga digunakan untuk mengintimidasi karyawan.

"Di Medan saja dia punya delapan ajudan dari aparat, belum lagi di Batam dan Jakarta. Kalau ada pekerja yang tidak patuh, mereka dicari-cari kesalahannya," ungkap sumber.

Bahkan, ada laporan bahwa seorang pekerja di bagian operasional pernah mengalami pemukulan oleh ajudan Vincent. Beberapa pekerja juga dikabarkan menerima ancaman akan dipenjarakan dengan surat pemeriksaan yang diduga direkayasa. "Gila betul! Tidak ada perikemanusiaan sama sekali," ujar sumber bernada geram.

Belum Menerima Meski masalah ini sudah berlangsung lama, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Medan, Illyan Chandra Simbolon, mengaku hingga kini belum menerima laporan resmi dari para pekerja yang merasa dirugikan.

"Belum ada laporan yang masuk ke kami soal ini. Jika ada pekerja yang merasa haknya tidak dipenuhi, kami sarankan untuk membuat pengaduan resmi agar bisa kami tindaklanjuti sesuai peraturan perundang-undangan," ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa 11 Maret 2025.

Sumber yang menjadi korban menyebut bahwa mereka sudah melaporkan kasus ini ke Disnaker Medan, tetapi belum mendapatkan respon sesuai harapan. "Kami sudah melapor, tapi tidak ada tindakan. Total pekerja di bagian kami hampir dua puluh orang, dan semua mengalami hal yang sama. Dia menggaji karyawan tanpa menggunakan rekening perusahaan, mungkin untuk menghindari pajak," pungkas sumber.

Vincent Desranta saat dikonfirmasi wartawan mengatakan kalau perihal tudingan yang dialamatkan kepadanya sudah ia sampaikan sebelumnya. Namun secara detail, ia tidak mengungkap ke pihak mana menyampaikan hal tersebut.

"Sudah saya sampaikan kemarin, nanti coba abang WA saja supaya saya teruskan. Mohon izin, bang, kebetulan ini saya lagi rapat nanti kita komunikasi lagi ya," ujar dia sembari memutus sambungan telepon WhatsApp, Kamis 13 Maret 2025.

"Ntar dihubungi ya," sambung Vincent lewat chat WA.

Coba dihubungi kembali lewat telepon WA dua kali, Vincent tidak bersedia merespon lagi. Begitupun soal penjelasannya terkait masalah yang ia janjikan akan diteruskan ke wartawan, tak kunjung ada setelah ditunggu hingga malam hari. Peresmian revitalisasi LMM sebagaimana diketahui dilaksanakan Bobby Nasution satu hari jelang pelantikannya sebagai Gubernur Sumut di Istana Merdeka Jakarta, 19 Februari 2025.

Usai diresmikan dan fasilitas joging trek sempat dinikmati warga sekira hampir satu minggu, kondisi LMM justru sudah ditutup untuk umum. Tampak dipasang pembatas area di sekeliling kawasan LMM dan para pekerja masih terlihat melakukan pembangunan di sana.