Perairan Belawan Terkontaminasi Logam Berat, Lingkungan dan Masyarakat Kian Terancam
- VIVA/A.Andrian
Menurut pakar kesehatan lingkungan dari Universitas Indonesia, Prof. Budi Haryanto, cemaran logam berat di perairan adalah merkuri, arsenik, timbal, dan kadmium. Perairan yang terkontaminasi logam berat turut mencemari biota laut seperti ikan, udang, kerang, dan organisme air lainnya.
Efek berantai cemaran logam berat di perairan juga dapat meracuni manusia lewat rantai makanan apabila mengonsumsi ikan, udang, kerang, dan biota laut lainnya yang sudah terkontaminasi.
Adapun proses kontaminasi logam berat terhadap manusia berawal ketika adanya pembuangan limbah di hulu yang terus mengalir ke muara sungai hingga ke laut.
Kemudian, kandungan logam berat yang telah mencemari laut itu dikonsumsi oleh plankton. Lalu, plankton dimakan ikan, udang, dan kerang. Selanjutnya, ikan, udang, kerang, dan organisme laut lainnya ditangkap serta dijual oleh nelayan.
Hasil tangkapan laut yang telah terkontaminasi itu akhirnya dikonsumsi oleh masyarakat luas. Kendati demikian, logam berat memang tidak bisa secara ekslusif menjadi pemicu utama timbulnya penyakit. Tetapi bagi masyarakat yang hidup di wilayah berisiko tetap bisa menjadi rentan mengalami penyakit akibat kontaminasi logam berat.
“Kalau bicara dampak kesehatannya itu bisa dicampur dengan paparan yang lain. Jadi tidak ekslusif (karena logam berat). Ketika makan dan minum itu juga ada kimia serta logam berat lewat kulit juga itu (penggunaan skincare). Ketika di dalam tubuh itu bercampur jadi enggak bisa ekslusif untuk logam berat dan menyebabkan penyakit. Tapi untuk masyarakat yang berada di wilayah berisiko itu bisa diidentifikasi,” kata Budi.
Lanjut Budi, meskipun paparan logam berat dalam jangka pendek belum memberikan efek kesehatan yang signifikan. Namun paparan logam berat tetap bisa menjadi masalah serius bagi kesehatan.