Direktur KPK Dipungli Oknum Lurah di Medan, Ini Respon Bobby Nasution

Walikota Medan, Bobby Nasution pimpin rapat Tim Saber Pungli.
Sumber :
  • Fanpage Bobby Nasution

VIVA Medan - Direktur Sosialiasasi dan Kampanye Anti Korupsi KPK, Amir Arief bercerita dirinya mendapat pungutan liar (Pungli) oleh oknum Lurah di Kota Medan, sebesar Rp 20 ribu saat mengurus surat kematian ibunya, beberapa waktu lalu.

Pilgub Sumut 2024, Edy Rahmayadi dan Bobby Nasution Bersaing Rebut Tiket Dukungan dari Demokrat

Atas kejadian itu, Wali Kota Medan, Muhammad Afif Bobby Nasution merespon kejadian itu. Ia mengatakan tidak dibenarkan jajaran Pemerintah Kota Medan melakukan pungli, bukan sama pejabat saja. Tapi, kepada seluruh masyarakat di Kota Medan ini.

"Pokoknya, jangankan Direktur KPK, seluruh masyarakat Kota Medan, nggak boleh dipungli," ucap Bobby Nasution kepada wartawan, usai acara pembukaan Ramadhan Fair, Kota Medan, Selasa malam, 28 Maret 2023.

Didukung Demokrat di Pilgub Sumut 2018, Lokot Nasution Puji Sosok Edy Rahmayadi

Dalam pernyataan tersebut, menantu Presiden RI, Joko Widodo itu belum merincikan apa yang dilakukan pihaknya terkait Pungli tersebut.

"Pokoknya yang kita tekankan kepada jajaran Pemkot Medan, tidak ada Pungli," tutur suami Kahiyang Ayu itu.

Kasus Suap Bupati Labuhanbatu, KPK Sita Pabrik Sawit dan Bangunan Diduga Kantor NasDem Milik Erik

Diberitakan sebelumnya, Direktur Sosialiasasi dan Kampanye Anti Korupsi KPK, Amir Arief bercerita dirinya mendapat pungutan liar (Pungli) oleh oknum Lurah di Kota Medan, sebesar Rp 20 ribu saat mengurus surat kematian ibunya, beberapa waktu lalu.

Hal itu, disampaikan Amir Arief saat menjadi pembicara Sosialisasi Pencegahan Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang dikutip VIVA melalui akun YouTube Kementerian Sekretariat Negara, Selasa sore, 28 Maret 2023.

Amir mengungkapkan peristiwa itu, terjadi pada tahun 2021. Namun, ia tidak menjelaskan Lurah tugas dimana yang melakukan pungli itu.

“Hari ke tiga setelah pemakaman, saya mau urus surat keterangan kematian ke lurah Kota Medan,” sebut Amir.

Amir mendatangi Kantor Lurah dekat rumah orang tuanya di Kota Medan. Saat itu, ia bercerita pukul 11.00 WIB. Dengan kondisi kantor pemerintah itu, dalam keadaan sepi.

“Cuma ada 2 orang, satu satpamnya jaga pakai kaos sekuriti, satunya lagi (ada) ibu tukang ketik,” sebut Amir.

Singkat cerita, Amir mengatakan ada oknum pegawai kelurahan menyuruh untuk mengurus dan meminta langsung tandatangan Lurah itu, untuk surat kematian tersebut.

“Tukang ketik ngomong ke saya, ‘kalau ngurus surat kayak gini, minta tanda tangan jangan kami, yang ngurus abang sendiri yang masuk ke ruangan Lurah,” ucap Amir meniru percakapan dengan oknum pegawai kelurahan tersebut.

Amir lantas menyuruh adiknya menjumpai lurah tersebut.“Cepat aja tanda tangannya 5 menit jadi tanda tangan, (tetapi) adik saya baru beranjak dari kursi. Lurahnya setengah teriak ‘bang kok gitu aja bang’ bisa tahu artinya apa ?, minta surat minta tanda tangan, ngak boleh cuma gitu aja,” kata Amir.

Amir ketika itu menduga sang lurah ingin meminta uang ke adiknya. Dia lalu mengkonfirmasi ke tukang ketik tersebut.

“Saya tanya ke tukang ketik emangnya kalau bu lurah itu surat kayak gitu, kasih berapa ? ‘ah kasih aja, masukkan lacinya itu kami pun enggak dikasih?’ saya tanya berapa ? Rp20 ribu,” tutur Amir.

Dalam pemaparan tersebut, Amir tidak merincikan soal uang tersebut, diberikan untuk Lurah tersebut atau tidak. “Rp20 ribu (diminta) dari warganya yang sedang berduka, surat kematian bayar 20 ribu, tahun 2021, 76 tahun Indonesia merdeka, kita masih ngalami seperti itu,” jelas Amir.