Pemetaan Kerawanan Pemilu 2024, Bawaslu Sumut: IKP Tertinggi Labura, Medan dan Langkat

Ilustrasi Pemilu 2024.
Ilustrasi Pemilu 2024.
Sumber :
  • Istimewa/VIVA Medan

VIVA Medan - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumatra Utara sudah melakukan meping atau pemetaan terhadap Kabupaten/Kota dengan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) jelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 di Sumut ini.

"Indeks Kerawanan Pemilu itu sudah kita petakan ya," ungkap Ketua Bawaslu Sumut, Aswin Diapari Lubis, kepada wartawan di Medan, Rabu 13 September 2023.

Aswin menjelaskan bahwa IKP tersebut dibagi ke dalam empat dimensi, yakni dimensi sosial politik, dimensi penyelenggara pemilu, dimensi partisipasi dan dimensi kontestasi. Adapun Kota Medan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara berada di tingkat teratas dengan nilai 91,53 dan 86,02 dalam dimensi penyelenggara pemilu.

"Di sekitar daerah Nias, Nias Selatan masuk kategori titik rawan, kemudian Tapanuli Tengah, Sibolga. Itu kerawanan dari segi sosial politik, bisa memicu gesekan-gesekan yang cukup tinggi," kata Aswin.

Berdasarkan data Bawaslu Sumut, Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) dalam dimensi sosial politik terdapat dua daerah dengan kategori tinggi yakni Kabupaten Nias Selatan dengan skor 85,19, disusul Kabupaten Labura dengan skor 69,78. Kemudian dalam dimensi penyelenggara pemilu, ada tiga daerah dengan kategori tinggi yakni Kabuten Labura dengan skor 91,53, disusul Kota Medan dengan skor 86,02, serta Kabupaten Langkat dengan skor 76,92.

 

Kantor Bawaslu Sumut.

Kantor Bawaslu Sumut.

Photo :
  • Dok Bawaslu Sumut

 

Selanjutnya dalam dimensi kontestasi, daerah dengan kategori tinggi yakni Kabupaten Labura dengan skor 90,66, dan Kabupaten Simalungun dengan skor 54,50. Terakhir dalam dimensi partisipasi, dua daerah yang masuk kategori tinggi yakni Sibolga dengan skor 39,23 dan Tapanuli Utara dengan skor 39,23.

Aswin mengatakan dimensi tersebut juga dibagi lagi dalam beberapa tingkatan yakni kategori tinggi, sedang dan rendah.

"Kemudian menyangkut money politik itu lain lagi daerahnya. Jadi itu memiliki tingkatan-tingkatan masing-masing yang mencerminkan seberapa besar resiko terjadinya pelanggaran pemilu di daerah tersebut," kata Aswin.

Aswin mengungkapkan dari sisi pengawasan Bawaslu Sumut berupaya melibatkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Hal ini, kata dia, lantaran masih terbatasnya jumlah tenaga pengawas yang tersebar di daerah-daerah.

"Karena kalau hanya mengandalkan komisioner Bawaslu dan staf-staf pengawas mungkin tidak akan mampu mengawasinya," ucapnya.

Aswin menambahkan Bawaslu Sumut saat ini juga tengah melakukan pelatihan untuk masyarakat agar dapat aktif melakukan pengawasan pemilu.

"Segala bentuk kecurangan, segala macam, di sini lah Bawaslu berpartisipasi aktif mengajak, mendidik, melatih masyarakat untuk ikut aktif melakukan pengawasan terhadap Pemilu. Di dalam setiap tahapan apakah masyarakat membuat laporan sesuai ketentuan kepada setiap tingkat Bawaslu," jelas Aswin.

Aswin berharap seluruh pihak, dapat membantu mensukseskan pelaksanaan Pemilu dan meminimalisir terjadinya pelanggaran.

"Kami mengharapkan seluruh stakeholder bisa bersinergi menyukseskan Pemilu dan semua hal yang dapat mengganggu pelaksanaan Pemilu dapat dihindari," tutur Aswin.