Peringati Hari Guru, Hendri Tumbur Simamora Kenang Dilempar Ibunya Penghapus
- Istimewa/VIVA Medan
VIVA Medan - Momentum peringatan Hari Guru yang diperingati setiap 25 November, menjadi spesial bagi tokoh masyarakat, Dr. Hendri Tumbur Simamora, SE, M.Si. Lahir dari seorang ibu yang berprofesi sebagai guru, Hendri juga merasakan lemparan penghapus oleh ibunya sendiri.
Namun, Hendri bersyukur mendapat didikan tegas dari keluarga, sebagai bekal menghadapi berbagai kendala menggapai cita-cita. “Saya pernah dilempar penghapus oleh ibu saya sendiri dalam kelas. Kalau salah ya salah. Tidak ada pembelaan, walau saya ini anaknya sendiri,” ujar Hendri saat bincang santai soal HUT PGRI ke-79 dan Hari Guru Nasional ke-30, Senin 25 November 2024.
Ibu Hendri adalah seorang guru di tempat ia sekolah. Meski demikian, Hendri tidak mendapatkan perlakuan istimewa dari siswa lainnya. Dalam mendidik, perlakuan ibu, tetap tegas dan cenderung keras, terutama dalam menanamkan disiplin diri. “Soal disiplin, Ibu paling keras. Salah, ada saksi. Benar ada apresiasi. Peristiwa dilempar penghapus waktu itu, jadi pelajaran berharga buat saya, bahwa pendidikan bukan hanya soal akademik, tapi juga membangun karakter dan etika,” sebut Hendri.
Hendri menilai, terdapat perbedaan konsentrasi pola ajar yang diterapkan guru di masa lalu dengan saat ini. Dahulu, guru tidak hanya fokus pada bidang studi, tetapi juga pada pembentukan etika dan budi pekerti. “Dulu ada pelajaran budi pekerti, sekarang tidak ada. Ini perlu menjadi perhatian, termasuk pentingnya pengajaran budaya lokal. Misalnya nilai-nilai budaya Batak yang kaya akan kearifan,” ujar Hendri.
Hendri juga menegaskan, lingkungan keluarga menjadi benteng utama dalam mendidik seorang anak sejak usia dini. Kesuksesan orangtua dalam mendidik anak dalam keluarga, akan berpengaruh besar pada perilaku, adab, sopan santun dan etika dalam pergaulan sehari-hari yang akan terbawa hingga dewasa. “Jika anak berhasil dididik di rumah, maka di luar pun mereka akan sukses, baik dalam sikap maupun perilaku,” tegas Hendri.
Hendri anak seorang guru, kehidupan keluarganya jauh dari kemewahan, apalagi sejak beranjak remaja, ia telah kehilangan seorang Ayah. “Biar cukup, telur satu kami potong pakai benang. Bagi-bagi. Sedikit sama dirasa. Sekarang, sebagian anak mungkin punya kehidupan lebih baik dari kami. Bahkan ada orangtua yang memanjakan anak terlalu berlebihan, hingga berpengaruh pada pembentukan mental dan disiplin anak,” papar Hendri.
“Orangtua penting mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan dan keteladanan pada anak. Ini sangat mendasar,” ujarnya.