Perokok Sulit Berhenti Merokok Penyebab Penyakit Tidak Menular Terus Meningkat

Diskusi Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) soal penerapan pengurangan bahaya dalan menekan faktor resiko penyakit tidak menular.
Sumber :
  • Aris Dasril/VIVA Medan

Menurut Prof. Mariatul, perokok dewasa mengalami kesulitan untuk berhenti kebiasaan merokok secara langsung (cold turkey). Oleh sebab itu, perlu adanya kolaborasi dengan para pemangku kepentingan terkait seperti pemerintah pusat dan daerah, kementerian/lembaga, akademisi, praktisi kesehatan, hingga komunitas untuk mengedukasi penerapan pola hidup sehat, seperti mulai dari menjaga pola makan, rutin berolahraga, tidur teratur, dan menghindari kebiasaan merokok.

“Perokok dewasa perlu mendapatkan edukasi mengenai penerapan pola hidup sehat yang membantunya untuk keluar dari kebiasaan merokok. Upaya tersebut tentunya perlu dibarengi dengan dukungan moril dari lingkungan terdekat agar perokok dewasa memiliki keyakinan kuat untuk berhenti dari kebiasaan merokok demi memperbaiki kualitas hidupnya,” kata Prof. Mariatul.

Praktisi Kesehatan, Dr. dr. Cashtry Meher, M.Kes, M.H.Kes., M.Ked (DV), Sp. DV, menambahkan, berhenti merokok secara langsung memang sangat sulit dilakukan. Sebab, perokok dewasa berpotensi untuk mengalami gejala relapse atau kembali ke kebiasaan merokok. Oleh sebab itu, selain mendorong penerapan pola hidup sehat, perlu adanya upaya edukatif lainnya seperti penerapan konsep pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction) yang memanfaatkan inovasi teknologi terkini untuk mengurangi kebiasaan merokok.

Dengan mengoptimalkan upaya alternatif tersebut, prevalensi merokok, terutama di Kota Medan, diharapkan dapat turun. “Memaksimalkan konsep pengurangan bahaya tembakau melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif dapat menjadi opsi terbaik bagi perokok dewasa untuk mengurangi kebiasaan merokok sekaligus membantu Pemerintah Kota Medan dalam menurunkan prevalensi merokok serta angka Penyakit Tidak Menular,” jelas Dr. Cashtry dalam paparannya.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), kebiasaan merokok meningkatkan risiko terpapar PTM. Adapun menurut data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 menunjukkan angka perokok aktif cukup tinggi di Kota Medan, terutama di kalangan pria dewasa dengan persentase mencapai 42% di kalangan usia 24 hingga 54 tahun.

Dr. Cashtry meneruskan, upaya edukatif dapat dilakukan oleh tenaga medis, sebagai garda terdepan dalam menyebarluaskan konsep pengurangan bahaya tembakau. Sebab, tenaga medis, seperti dirinya, berinteraksi langsung dengan perokok. Selain itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Medan dapat menyelaraskan upaya edukatif seperti penerapan konsep pengurangan bahaya tembakau dengan program skrining Penyakit Tidak Menular di tingkat Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Pendekatan tersebut dapat menjadi langkah konkret mengurangi masalah Penyakit Tidak Menular sehingga target Pemko Medan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dapat terealisasikan. “Pemkot Medan bersama seluruh pemangku kepentingan juga dapat berkolaborasi untuk memasifkan konsep pengurangan bahaya tembakau agar semakin efektif dalam menurunkan prevalensi merokok dan angka Penyakit Tidak Menular. Dengan demikian, pendekatan pengurangan bahaya tembakau selaras dengan program pembangunan Sumber Daya Manusia di Kota Medan,” tegasnya.