Survei CRC Pilkada Medan: Selisih Sedikit, Warga yang Belum Menentukan Pilihan Masih Banyak

Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan pada debat publik Pilkada Medan 2024.
Sumber :
  • BS Putra/VIVA Medan

VIVA Medan - Masyarakat yang belum menentukan pilihannya pada kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Medan 2024 ternyata cukup banyak. Hal ini menjadi perebutan bagi para calon wali kota dan wakil wali kota Medan untuk merebut simpati dan meyakinkan memilih pada hari pencoblosan 27 November 2024 mendatang.

Hal ini merupakan hasil survei yang dilakukan City Research Centre (CRC) pada Pilkada Medan, yang mencerminkan dinamika politik di Kota Medan pada Pilkada Serentak 2024. Survei dilakukan pada periode 30 Oktober 2024-8 November 2024.

Survei dilakukan terhadap melibatkan 2.205 responden yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Medan, menggunakan metode multistage random sampling. Responden yang menjadi fokus dalam survei ini minimal 17 tahun yang telah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan.

"Hasil survei menunjukkan sejumlah temuan menarik terkait tingkat popularitas dan kesukaan terhadap pasangan calon, elektabilitas pasangan calon, kemantapan pemilih dengan pilihannya, serta isu-isu yang dianggap penting oleh pemilih," ujar Direktur City Research Centre, Miftahul H. Siregar, S.I.P, M.IP bersama Direktur Riset, Habibi Wisu Darma, S.I.Kom., M.A,  kepada wartawan di Medan, Sabtu 16 November 2024.

Survei Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan Pilkada

Photo :
  • Aris Dasril/VIVA Medan

Dijelaskannya, dalam survei tersebut pasangan calon (Paslon) nomor urur 1 Rico-Zaki, unggul dengan persentase 36.4%, diikuti oleh Paslon nomor urut 3 Hidayatullah-Yashir Ridho dengan 24.6%, sementara Paslon nomor urut 2 Ridha-Rani meraih 19.2% dan sebanyak 19.7% responden masih belum menentukan pilihan.

Dipaparkannya, hasil survei dilakukan secara offline dan online dengan responden yang berbeda. Pilihan responden terhadap para Paslon Wali Kota/Wakil Wali Kota Medan tersebut ditemukan merupakan pemilh tetap atau tidak akan mengubah pilihannya dengan angka 69,0 persen, sedangkan pemilih lemah atau besar kemungkinan merubah pilihannya hanya sekitar 29,7 persen dan sisanya menjawab tidak tahu/tidak jelas. 

"Pemilih kuat ada pada Paslon nomor urut 1 sebesar 90 persen, kemudian 88,5 persen untuk Paslon nomor urut 2 dan 85,7 persen untuk Paslon nomor urut 3," katanya. 

Dari survei dilakukan tersebut, lanjutnya, pertimbangan utama responden memilih Paslon Wali Kota/Wakil Wali Kota itu didominasi karena melihat pendidikannya, jujur/anti korupsi, empati kepada rakyat, berwibawa dan mengikuti oranglain/orangtua. 

"Artinya isu-isu seperti anti korupsi, memiliki empati pada masyarakat dan pendidikan kandidat menjadi prioritas utama bagi masyarakat Medan dalam memilih pemimpin mereka. Temuan ini diharapkan menjadi gambaran bagi masyarakat, tim sukses dan para kandidat untuk menyusun strategi yang lebih efektif menjelang hari pemilihan," ucapnya Miftahul.

Gelar Profesor pada penetapan nomor urut calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan nomor urut 2, Ridha Dharmajaya tidak dicantumkan.

Photo :
  • Instagram KPU Medan

Dari hasil survei, lanjutnya, disimpulkan bahwa Calon Wali Kota Medan perlu memprioritaskan program-program yang sesuai dengan kebutuhan warga. "Serta perlu memperhatikan setiap golongan, baik dari segi usia, latar belakang ekonomi, maupun budaya, agar setiap warga merasa diwakili dan didengar," tuturnya.

Direktur Riset, Habibi Wisu Darma, S.I.Kom., M.A, mengungkapkan, dengan sisa waktu menjelang hari pencoblosan, berdasarkan hasil riset tersebut para calon pemimpin Kota Medan ini harus meraih simpati warga yang belum menentukan pilihannya sebesar 17,2 persen.

"Ada sekitar 17,2 persen yang belum menentukan pilihannya. Ini yang kami menilai harus dikejar para calon. Para calon harus memprioritaskan program-program yang sesuai dengan kebutuhan warga. Pendekatan ini bisa meningkatkan dukungan karena masyarakat merasa aspirasinya didengarkan dan diwujudkan," kata Habibi,

Ia menyebutkan, para calon juga harus membangun elektabilitas serta pendekatan inklusif yang merangkul berbagai kelompok masyarakat. "Serta memperhatikan setiap golongan, baik dari segi usia, latar belakang ekonomi, maupun budaya, agar setiap warga merasa diwakili dan didengar," pungkasnya.