Perairan Belawan Terkontaminasi Logam Berat, Lingkungan dan Masyarakat Kian Terancam

Warga sedang mengarungi perairan Belawan
Sumber :
  • VIVA/A.Andrian

“Kalau jangka pendek memerlukan konsentrasi kuat dan tingkat toksisitasnya juga harus harus tinggi. Tapi kebanyakan paparan logam berat ini buat populasi umum masih sedikit. Banyak yang sifatnya akumulatif,” ucapnya.

Budi menjelaskan salah satu unsur logam berat seperti timbal dapat merusak sistem pembentukan sel darah, gangguan sistem saraf pusat yang dapat memengaruhi kecerdasaan seseorang, gangguan ginjal, dan hipertensi. Cemaran logam berat seperti timbal juga dapat menjadi pemicu stunting atau tengkes pada anak.

Stunting pada anak bisa terjadi karena adanya pencemaran lingkungan yang bermula dari kurangnya asupan zat besi sehingga menyebabkan peningkatan penyerapan timbal. Hal itu mampu menganggu pertumbuhan pada anak.

“Pada anak-anak bisa stunting. Logam berat pada ibu hamil bisa masuk ke janin. Kalau ibunya terpapar oleh logam berat bisa kesulitan dalam melahirkan. Kalau melahirkan (secara) sehat, bayinya kemungkinan mengalami autis,” jelas Budi.

Kasus stunting di wilayah Kecamatan Medan Belawan bisa dikatakan cukup tinggi. Setidaknya pada Juli 2023 tercatat ada 60 balita stunting. Bukan hanya itu sebanyak 6.305 keluarga di Kecamatan Medan Belawan berisiko stunting seperti dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Medan.

Dengan kata lain, kasus stunting di Kecamatan Medan Belawan bukan hanya persoalan gizi, tapi juga diduga karena pencemaran logam berat di perairan Belawan.

Penelitian mandiri dilakukan untuk menguji kandungan logam berat apa saja yang terdapat di perairan Belawan. Sampel air laut diambil dari sekitar permukiman masyarakat di Kampung Nelayan Seberang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.

Kemudian, penelitian air laut itu dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian itu menunjukkan adanya kandungan timbal 0,270 mg/l dan kadmium 0,038 mg/l pada sampel air laut perairan Belawan.